Penyakit kelamin akibat hubungan seks bebas semakin meningkat. Masyarakat mesti memahami efek sampingnya. Ada delapan penyakit menular seksual (PMS) akibat gonta-ganti pasangan. Kasus penyakit menular seksual yang sering dijumpai, seperti sifilis, gonorrhoe dan HIV/AIDS.
Selain masih dianggap tabu dibicarakan, sebagian besar orangtua tidak memberikan pendidikan seks pada anak-anaknya sejak usia dini. Padahal, memberikan pendidikan seks sejak masa pertumbuhan akan menjauhkan mereka berperilaku negatif.
Punya perilaku negatif tak hanya merusak masa depan, tapi juga bisa memicu berbagai penyakit. Sebab, seks bebas juga dipengaruhi gaya pacaran kaum remaja yang telah melewati batas normal. Selain faktor pendidikan, kelainan jiwa ikut mempengaruhi kehidupan seks. Fenomena itu bisa dilihat pada kasus sodomi atau pedofilia anak di bawah umur yang diikuti praktek mutilasi yang baru-baru ini terjadi.
Dr. Ramses Sirait mengatakan, kejadian seperti ini lebih rentan terjadi pada kaum lelaki. Itu terjadi karena sifat dasar laki laki itu selalu ingin tahu, mencoba, tidak bisa menahan seks serta tidak memikir dampak yang akan terjadi. Sementara kaum hawa cenderung bisa menahan seks dibandingkan kaum lelaki, meski hasrat kaum hawa di dalam seks juga tinggi.
”Perilaku seks seperti ini sangat berbahaya untuk kesehatan, rentan memicu penyakit menular seksual yang mengarah pada kematian,” ujar Dr Ramses Sirait, MARS di sela acara seminar Love & Harmony yang digelar Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jakarta (19/1).
Faktor kelainan jiwa ini perlu diwaspadai. Apalagi, potensinya cenderung mengalami peningkatan. Begitu juga, praktek seks bebas alias berganti pasangan di kalangan remaja.
Imbas nyata dari seks bebas ini adalah munculnya delapan penyakit seksual akibat sering gonta-ganti pasangan, yaitu penyakit herpes genital atau raja singa, kecing nanah, klamidia, kemandulan, hepatitis B, kanker prostat, kanker serviks atau kanker rahim, HIV/AIDS, dan trichomoniasis yang bisa menyebabkan daerah di sekitar vagina menjadi berbuih atau berbusa. Gejala seperti ini berpotensi terjadinya kelahiran prematur bagi kaum hawa.
Untuk mencegah hal itu, Ramses meminta pemerintah dan LSM kesehatan untuk lebih ekstra giat melakukan penyuluhan atau seminar di masyarakat khususnya di daerah terpencil. Lewat penyuluhan itu, katanya, masyarakat bisa memahami efek samping dan bahaya perilaku seks bebas ini.
sumber :klik wae
Minggu, 02 Januari 2011
waspada
22.11
rinies
0 komentar:
Posting Komentar